watch sexy videos at nza-vids!

WWW.INDOSEX.CLUB
+ Cerita Panas Terpopuler +
* Seks Dengan Sekretaris Amoy Di Kantor
* ABG Ngewek Dengan Guru Di Sekolah
* Skandal Seks Aktris Top Ibukota
* Perawan Di Sarang Penjahat Kelamin
* Ibuku Diperkosa Temanku
* Tukar Pasangan Dengan Temanku
* Kisah Nyata Diperkosa Rame - Rame

Korban Pelet Yang Ketiga

Aku berjalan gontai menuju rumahku sambil bersiul-siul kecil. Di pelupukku terbayang hal-hal yang indah-indah. Mulai saat ini aku akan dapat menaklukan wanita secantik apapun di dunia ini, karena aku sudah mendapatkan ilmu Lebur Jiwa dari Mbah Suro. Jangankan Rani yang telah menolak cintaku, Dian Sastro pun pasti berlutut di depanku. Tapi yang terpenting aku harus membuktikan kesaktian ilmu Lebur Jiwa malam ini juga.

Aku melangkah masuk ke pekarangan rumah. Sepi tak ada hawa manusia. Kemana semua orang hingga pintu depan harus dikunci? Aku segera membuka pintu dengan kunci serep yang kubawa. Didalam rumaHPun sepi senyap. Aku segera menuju ruang makan. Secarik kertas menempel di meja makan. "Don, kami pergi duluan ke rumah Oom Dhar di Semarang. Kalau sudah sampai rumah, segera menyusul. Ayah."

Korban Pelet - 1

Bosan! Apa enaknya sendirian di rumah. Mana nggak ada makanan di kulkas lagi. Dengan malas aku pergi ke warung Mak Sani di ujung jalan. Tapi setibanya aku sampai di warung Mak Sani. Wow, suit.. suit.. ada cewek cantik bener! Wajahnya oval agak indo, bibirnya sexy, bola matanya kecoklat-coklatan, dan bodynya.. wow montok banget! Gemuk dikit, tapi pas sama tingginya yang kira-kira 170-an, pakai rok mini dan baju ketat lagi. Cuman kurang ramah, waktu aku godain doski malah cemberut. Kebetulan nih! Bisa buat bahan percobaan! Kalau yang indo saja mempan, apalagi yang jawa tulen, iya nggak?

Cewek itu keluar dari warung. Aku mengejarnya, dengan segera melafal mantra yang sudah aku hafal sebelumnya.
"Geni abang nafsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur.."
"Nona!"
Aku panggil gadis itu sambil menarik tangannya sehingga dia berbalik menghadap padaku dan wuss.. Hembusan nafasku menyembur menerpa wajahnya sekali. Dan aku tinggal menanti reaksinya saja, menamparku ataukah..
"Iya, ada apa Don?"
Berhasil! gadis itu menjawabku dengan senyum ramah, bahkan manja. Berarti mantraku berhasil! Tanpa basa-basi lagi, langsung saja gadis indo itu aku ajak ke rumahku.

Kami duduk-duduk di ruang tamu. Dan tak lupa semua pintu dan jendela aku kunci dari dalam, telponpun aku blokir agar tak ada yang mengganggu acaraku sore ini. Gadis itu nampaknya merasa nyaman bersamaku.
"Nama kamu siapa?" tanyaku membuka percakapan.
"Aku Gina." jawabnya manis.
"Kamu kok bisa tahu namaku, apa kita pernah berkenalan?"
"Nggak. Tapi aku merasa kita sudah lama banget kenal. Sekarang ini aku merasa seperti merayakan reuni denganmu."
"Oh, begitu. Kalau begitu mesti dirayakan dong."
"Iya. Harus dirayakan."
"Kau mau minum?" tawarku disambut dengan anggukan. "Panas atau dingin?"
"Apapun yang kau mau." jawab Gina ringan.
"Apapun yang aku mau?" ulangku. Gina mengangguk dengan senyum lebar.
"Kalau selain minuman?" tanyaku mengejar.
"Apapun yang kau mau aku bersedia, Don." jawab Gina mendekat ke arahku.
"Apapun?" tanyaku sekali lagi.
"Apapun."

Gina tersenyum menggoda. Tangannya menjamah tanganku lalu menuntunnya ke arah pahanya yang sekal. Digesernya tanganku yang gemetaran terus naik hingga menyingkap rok mininya sampai pada pangkal paha. Cd pink bergambar kupu-kupu bersembunyi di balik rok yang sudah tersingkap itu. Tiba-tiba saja aku merasakan penisku menegang. Mata Gina sayu sedikit terkatup, meresapi setiap sentuhan jemariku di kulit pahanya. Cewek itu kemudian mendekatkan bibirnya padaku dan cup.. bibir kami saling mengecup. Sekali lagi bibir kami menyatu dan ehemm.. Gina melumat bibirku penuh perasaan. Batang penisku semakin mengacung sedang nafas kami mulai naik turun tak beraturan.

Gina memapah tanganku melingkar di pungungnya lalu menuntunnya untuk melucuti rok mininya. Rok mini warna hitam itu bablas hingga ke lantai dan aku bisa dengan leluasa menikmati paha Gina yang indah. Aku ciumi paha Gina yang mulus bagus itu bolak balik sampai pangkal paha.
"Uuuff.. Don.. aku minta yang panas saja..," desis Gina sambil melepas kaos ketat dan BHnya sekaligus kemudian melepas kaos yang kupakai. Aku berdiri melepaskan jeansku. Gina menyusulku dan segera menjejalkan lidahnya ke dalam mulutku. Kami saling memeluk hingga buah dada Gina menempel di dadaku. Keempukan buah dada Gina membuat aku geli hingga membuatku merinding. Lalu bibir Gina menurun menjelajahi leher dan dadaku yang berbulu sedikit lebat.

"Kamu jantan banget Don," kata Gina sambil membelai bulu-bulu dadaku.
Kemudian Gina mencumbui dadaku.. perutku.. ach.. sampai pusarku dan menjilatinya beberapa saat. Aaach.. aku benar-benar terangsang oleh kecantikan dan kemahiran Gina yang memanjakanku. Gina terus menjelajah seluruh tubuh depanku. Bahkan ketika sampai di daerah kekuasaan penisku Gina mencumbuinya dengan penuh daya rangsang. Diciuminya batang penisku yang masih terpenjara dalam sangkarnya dan dengan senang hati Gina meloloskan CDnya hingga nampak benar kalau penisku itu betul-betul bangun mengacung-acung.

"Kau benar-benar hebat Don, pistolmu besar banget. Aku yakin kalau menembak pasti rasanya hi..hi.." kata Gina sambil tertawa.
"Kamu tahu dari mana kalau rasanya pasti.." tanyaku memancingnya.
"Coba deh, aku rasain.."
Uuachh.. edan! Gina menjilati ujung penisku. Cewek indo itu mengulum penisku hingga setengahnya masuk ke dalam rongga mulutnya. Dan jemarinya sibuk mempermainkan buah pelirku. Eehh.. rasanya benar-benar nikmat. Aku nggak tahu kalau cewek ini bisa membuatku merasa sedasyat ini.
"It's nice taste, Don. Hebat banget.." katanya sambil terus saja menyepong penisku.

Tak tahan aku jika harus diam saja. Segera aku loloskan CD pink dari bokong Gina yang menungging. Nampak kedua bokongnya yang semok menantang. Kuremas-remas bokongnya membuat Gina mendesah perlahan diantara sodokan penisku di mulutnya. Dan segera saja aku gerayangi memiawnya, menyenangkan bisa bermain bebas diantara goa yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Mungkin Gina merasa tak tahan lagi menahan rasa nikmat yang diterimanya dengan posisi itu hingga akhirnya Gina melepaskan penisku dari mulutnya dan tergeletak di lantai.

Tubuh kita udah sama-sama bugil dan rasa malu kita udah ilang entah kemana. Gina memandangiku yang berdiri didepannya dengan tatapan mata sayu dan senyum yang menggoda. Akupun terpana pada tubuh bugil yang tiada cacatnya terhampar di depanku. Ohh.. dua bukit yang membusung padat dan montok, kulit tubuh yang putih mulus, serta bukit belah yang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar yang halus. Wuihh..
"Don, kok diam saja. Ayo lakukan yang kamu mau.. aku pasrah padamu.."
"Aku datang sayang.."
Aku serang bukit belah itu dengan garang. Menjilat semua yang tersentuh oleh lidahku dan menghisap semua yang tergenang disitu. Gina berkelojotan sambil mendesis-desis. Tak ada ampun bagimu, Gina! Semuanya akan jadi milikku. Klitoris Ginapun yang seukuran biji kacang tak luput dari lidahku. Aku piting daging mungil itu dengan kedua bibirku lalu aku sentil-sentil dengan lidahku.
"Oooh.. Doon.. Ach.. eenaak.." erang Gina memacu gairahku. Kedua kakinya menggapit kepalaku seakan ingin menawanku selamanya.
Tangan Gina menarik tanganku sampai di kedua gundukan dadanya yang gempal dan montok. Refleks aku remas kedua buah gunung kembar itu hingga membuat Gina bergelinjangan nikmat.
"Uuohh.. Donny.. teruus sayaang.. aku sukaa.."

Setelah puas aku lumat vagina mayoranya segera kualihkan perhatianku kepada kedua gunung kembarnya. Buah dada Gina telah membengkak seukuran kelapa, besar dan tegang. Begitupun kedua putingnya yang sudah mengeras berwarna merah marun. Gina yang menyadari kalau aku memandangi kedua gunung kembarnya yang indah segera mempermainkan kedua adiknya itu. Gina meremas-remasnya sendiri sambil memutar telapak tangannya bolak-balik. Begitu bulat kedua buah dada itu dan begitu mengkilap oleh keringat Gina.

"Kemarilah Doon.." ujarnya.
Gina sambil menarik tanganku hingga aku harus berdiri di atas tubuhnya. Kemudian Gina menggapai batang penisku hingga aku mesti berjongkok di atas buah dadanya. Aku tak tahu apa yang akan Gina lakukan, yang penting aku merasakan nikmat ketika batang penisku menegang di belahan buah dadanya. Begitu nikmatnya ketika kedua gunung kembar itu menjepit batang penisku. Kubantu jemari Gina yang meremas buah dadanya hingga tampak menjadi satu menjepit batang penisku. Aku tarik batang penisku perlahan-lahan dan lalu aku dorong kembali. Sampai kemudian bibir Gina menangkap kepala penisku dan kembali menjilatinya dengan garang. Ouuhh.. aku bagai terkencing-kencing dibuatnya. Maka sebagai pelampiasan tangan kananku kembali mengutak-atik goa kenikmatan Gina yang kembali membanjir.

"Doon.. kamu nakal sekalii.." desah Gina.
"Tapi kamu suka kan Gina sayaang.." balasku
"He eh.. Uuff..ach.."
Gina semakin memiawarkan selakangannya hingga jemari kananku makin bebas merogoh semua yang tersembul di pangkal selakangan itu. Gina semakin mendesis dan menambah kecepatan menjilati kepala penisku. Dan akupun semakin mempercepat gerakan menggoyang kedua buah dada sebesar kelapa itu. Penisku menegang hebat, seperti ada yang mendorong dari dalam baang penisku dan rasanya.. aahh.. crot croot.. Spermaku muncrat ketika ujung penisku itu masih diganyang Gina. Kapasitas yang cukup banyak menetes disela-sela bibir Gina.

"Telan sayang, telan.."
Kata-kataku bagai perintah. Mau tidak mau, Gina menelan seluruh sperma yang berada di rongga mulutnya. Entahlah rasa apa yang dia kecap, tapi yang pasti nikmat. Sebab kemudian Gina menjilati sperma di luar mulutnya dan kemudian memburu sisa-sisa sperma di kepala penisku hingga tandas.
"Ehmm ach.. Doon, keluar lagi dong.." kata Gina sambil memijit-mijit penisku dengan jemarinya. Pijitan itu membuat darahku bagai berhenti. Dan aku sudah tak tahan lagi.

"Sebentar sayang, aku masuk dulu yach.."
"Heeh."
Gina melebarkan selakangnya hingga bukit belahnya benar-benar mekar terbelah. Dinding-dindingnya berwarna merah berhias klitoris mugil yang mengemaskan. Aku segera mengacungkan batang penisku yang sudah mau meledak. Aku tuntun adikku itu memasuki lubang kawin Gina yang bersimbah lendir-lendir surgawi. Licin permukaannya hingga tak mudah memasukkan kepala adikku itu. Aku coba sekali lagi dan ah.. masuk! Sedikit demi sedikit aku masukkan penisku memasuki lorong yang sangat sempit itu.
"Auhh Doon.. cepetan dong.. sakit.." rintihnya.
"Sabar say.."
Memangnya hanya Gina saja yang sakit, aku juga sakit merasakan batang penisku bagai remuk digencet dinding-dinding lubang kawin Gina yang bukan main sempitnya.
"Aaach..Uuugh..Doon.."
Krak! Kepala penisku sudah menembus ke dalam selaput daranya. Hah! Lega. Lubang kawin Gina menelan seluruh batang penisku. Aku diamkan sebentar sebelum kemudian aku tarik dan dorong keluar masuk agar lorong itu makin lebar. Lendir kawin Gina membasahi liang kawinnya hingga goyangan batang peniskuku semakin lincah.
"Hooh.. uh..ach.." desah kami saling berlomba menikmati setiap getaran yang tercipta.
Gerakan penisku semakin lincah mengocok lubang kenikmatan Gina hingga menimbulkan bunyi kecipak-kecipak tanda bahwa Gina berada di puncak kenikmatannya. Pingul Gina bergoyang-goyang naik turun mengiringi gerakanku.

"Doon.. aku nggak tahan lagi.. aku mau keluar.." erang Gina.
"Tahan sebentar Gin, aku datang.."
"Aaach..!" erang kami bersamaan.
Fantastik sekali. Kejang diseluruh tubuhku diakhiri oleh keluarnya sperma yang memenuhi lubang kawin Gina. Ujung penisku menghangat seakan menyentuh cairan lain. Kutarik penisku dari lubang kawin Gina. Nampak darah membercak di kepala penisku yang masih menegang. Gina mendesis-desis menikmati segala kenikmatan yang barusan kami lalui.

Tapi aku masih belum puas malam ini. Aku harus kembali membangkitkan gelora asmara Gina. Segera saja aku remas buah dadanya. Aku permainkan kedua putingnya yang kembali menegang lalu aku jilat perlahan.
"Ach.." desis Gina merespon.
Melihat respon Gina, aku jilati bahkan kukulum kedua puting Gina secara bergantian. Gina berkelojotan meresapi semua keindahan yang kembali aku ciptakan. Habislah kedua payudara Gina itu aku kulum, aku hisap bahkan aku gigit-gigit dengan gemas. Gina tak marah, hanya merintih-rintih kesakitan. Tapi justru rintihan itu semakin membakar birahiku.

Aku puaskan diriku sediri dengan mempermainkan setiap lekuk tubuh Gina karena Gina nampaknya sudah tak memiliki tenaga cadangan selain mendesis dan mendesah. Dan ketika aku sudah puas segera aku minta Gina menindihku. Gina menusukkan ujung penisku tepat dilobang kawinnya. Dan kemudian kami saling mengocok. Seperti layaknya bibir kawin Gina yang melumat penisku, bibir kamipun saling melumat, sedangkan buah dada Gina yang menggantung bebas sekali-kali menyentuh kulit dadaku hingga menimbulkan rasa nikmat tersendiri. Gina menjadikan rambutku sebagai pegangan, tapi aku menjadikan bokong Gina sebagai pegangan. menguntungkan sekali bukan? Karena aku bisa dengan bebas membelai bokong mulus itu. Namun sekali lagi tiba-tiba tubuhku mengejan.
"Gin, aku mau keluar sayang.."
"Tunggu Doon.. tarik dulu penismu."
Gina melepaskan ciumannya dan mengarahkan batang penisku ke mulutnya. Dan croot.. crot crot! Seluruh spermaku membanjir di mulut Gina. Dan tanpa jijik ditenggaknya seluruhnya sampai tandas kemudian menjilati ujung penisku hingga bersih.

Tapi sentuhan lidahnya yang penuh birahi membuatku ingin sekali lagi menusuknya. Maka segera saja aku minta Gina menungging. Dan sekali lagi aku tusukkan batang penisku dari belakang. Amblas seluruhnya menyisakan kenikmatan yang kembali terulang. Gina yang berulang-ulang mencapai puncak birahinya seakan ingin terus dan terus mengulanginya. Diremas-remasnya buah dadanya sehingga keindahan itu terasa lengkap. Dan kamipun mengakhirinya dengan kelelahan yang terhapus oleh sisa-sisa keindahan.

Aku antar Gina sampai pagar depan. Cewek indo yang baru saja aku perawani itu tersenyum mesra dan kemudian menghilang di balik rumah Pak Yulius. Aku rebahkan tubuhku di atas sofa ruang tamu. Kembali aku ingat pergumulanku selama tiga jam bersama Gina.
"Gina aku sudah tak membutuhkanmu." gumamku.
Geni abang napsu abang, ngilango soko jabang bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang, nyingkriho soko jabang bayine Gina. Geni abang napsu abang, ngilang soko lebur jiwo. Ngilango lebur jiwo soko jabang bayine Dony Bara. Ngilang musno..

"Hai, aku Dony, sepupunya Wulan," sapaku sambil mengulurkan tangan.
"Hai juga," jawab cewek itu malu-malu menjabat tanganku.
Wulan yang melihatnya tertawa mengikik. Aku segera menyikut bahunya agar tahu keinginanku.
"Dia Sri, temanku di kampus Don," ujar Wulan.
"Ohh.."

Jadi temen kampusnya Wulan, toh. Pantas saja masih muda. Kuperkirakan usia cewek itu sekitar 23 tahun. Mana kulitnya yang kuning langsat, hidungnya mbangir, pipinya tembem tapi punya lesung pipit yang manis sekali. Matanya bening menampakkan pribadi yang cerdas.
"Malam ini, Sri akan jadi pager ayunya Don," tambah Wulan yang kemudian dicubit kecil oleh Sri.
Ohh.. pantas. Malam ini Sri nampak cantik sekali dengan busana jawanya yang melekat ketat di tubuhnya yang langsing. Nampak belahan dadanya memisahkan kedua buah dadanya yang menggelembung menggiurkan. Air liurku rasanya mau menetes kalau saja aku tak segera meneguk segelas jus yang disuguhkan. Tapi hasratku untuk menikmati cinta Sri tak terbujukkan. Segera saja setelah acara itu berakhir aku menawarkan diri untuk mengantar Sri pulang. Dengan malu-malu cewek itu mau juga aku antar.
"Hati-hati lho Don," kata ibuku ketika kami hendak pergi.
"Sri jangan lupa pakaiannya kamu antar kesini lusa ya?" teriak Wulan dibalas anggukan oleh Sri.

Korban Pelet - 2

Maka melajulah mobil kijang keluaran terbaru itu berisikan aku dan Sri yang masih mengenakan busana adatnya. Kami bercakap-cakap mengisi sepi. Dan kiranya waktunya sudah tepat untuk melafalkan mantra.
"Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur..".
"Sri.."
"Apa Mas?" jawab Sri menoleh padaku.
Fuhh.. hembusan angin berasal dari mulutku bertabur mantra dari Mbah Suro. Dalam hitungan detik Sri segera terpengaruh. Matanya memandang sayu ke arahku.
"Oke Sri, kita mau kemana nih?" pancingku mengetes pengaruh ilmu lebur jiwo.
"Terserah Mas Dony aja deh," jawabya dengan senyum yang tersungging di bibirnya yang merah terbalut lipstik.
Yess!! Benar-benar berpengaruh. Aku segera membelokkan mobil ke sebuah hotel terdekat. Hotel itu agak kecil tapi cukup nyaman. Aku segera memesan sebuah kamar. Tak kuperdulikan recepsionist yang terbengong melihatku membawa seorang gadis dengan busana adat jawa.

Sesampainya di kamar hotel aku segera memeluk Sri. Sri tak merasa keberatan bahkan membalas pelukanku. Kubisikkan ke telinganya,
"Cepat bersihkan dirimu, aku ingin kita bermain sepuasnya".
Sri mengangguk mengerti. Dia segera membersihkan riasan di wajahnya dan juga mencopot sanggulnya. Sedangkan aku sendiri menantinya sambil melepas baju batikku yang panasnya bukan main. Sri melepas baju kebayanya. Kemudian dia mendekatiku dengan hanya memakai kemben sebatas dada. Kegempalan dadanya menyembul sebagian membuat batang penisku terbangun.
"Mas Dony ingin aku membukanya?" tanya Sri dibawah pengaruh ilmu lebur jiwo-ku.
"Jangan dulu Sri, aku tak ingin buru-buru."
Tanganku segera menjamah buah dada yang mengintip dari balik kemben itu. Aku remas perlahan kedua bukit kembar yang membuatku ngiler sejak tadi itu. Tanganku memang tak bisa leluasa meremasnya karena terhalang kain kebaya Sri. Tapi nampaknya Sri sudah menikmati setiap remasan yang aku ciptakan. Matanya terkatup rapat dan mulutnya menganga mendesis-desis,
"Sss.. Mass.. nakall sekalii..".

Segera aku cium bibirnya yang kemudian dibalasnya dengan ciuman yang panas. Kemudian kami saling melumat, beradu lidah dan bergantian mengisapnya. Kemudian Sri meciumi pipiku, mataku, keningku, daguku.. Dijilati cuping telingku, dan lidahnya menyodok-nyodok lubang telingaku. Darahku seakan naik ke ubun-ubun. Semakin aku tarik kainnya dan kemudian aku paksa kain itu lepas dari tubuh Sri yang sibuk menjilati leher belakangku. Kain kemben itu lolos dari tubuh Sri meninggalkan BH tak bertalinya dan CD putih tipis. Aku dekap tubuh Sri sambil meremas dada Sri yang masih berlapis BH itu dengan penuh perasaan, lalu tanganku bergerak ke punggungnya berusaha membuka pengait BH itu. Aku sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih tetap mendekapnya. Mulutku pun menciumi leher jenjang Sri, sambil tanganku memainkan puncak puting susu Sri yang kenyal dan mulai mengeras. Sri memejamkan matanya meresapi setiap jamahan tanganku sedangkan bokongnya terus maju hingga terasa gundukan kemaluannya menempel di penisku yang sudah menegang.

Bagai sudah tak sabar untuk dipuasi, Sri mendorongku hingga terduduk di pinggiran kasur hotel. Sri segera melucuti CD tipisnya kemudian berjongkok didepanku lalu menarik resleting celanaku. Aku segera membantunya karena rasanya adikku tak tahan lagi lama-lama didalam. Calana dan CDku lepas terlempar ke lantai. Dan adikku nampak tegang melotot kearah pemandangan yang wuihh.. itu.
"Wowww.. besar banget.. tegang lagi.." kata Sri melirikku nakal.
"Kamu suka?" tanyaku.
Sri mengangguk kemudian menjilati ujung penisku.
"Uuh.." desisku.
Sri mencumbui seluruh permukaan batang penisku sampai ke pangkalnya lalu memainkan isapan-isapannya. Lidahnya terus menari dan meliuk menyusuri buah zakarku.
"Uuhh.. Srii.. achh.." rintihku sambil menjambak-jambak rambut Sri yang berbau hairspray.

Sri segera memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya. Penisku seakan mau meledak diisap-isap oleh Sri, bahkan lidah Sripun masih terus aktif menjilati ujung penisku sedangkan jemarinya sibuk menarik-narik kecil tiap-tiap bulu halus di kedua buah zakarku. Ach.. tiba-tiba otot-otot penisku menegang.
"Aku keluar.. Sri.. eeghh.."
Ser.. ser.. air maniku mengucur melewati batang penisku dan croot.. croot..
Tak ada waktu lagi buat Sri untuk menghindari muntahan air maniku. Srrup.. srruup.. Sri mengisap ujung penisku hingga air maniku habis keluar.
"Mmmhh.. aahh.. enak sekali Mas.." katanya sambil mengocok-ngocok batang penisku mencari sisa air maniku.

Setelah cukup lama memanjakan adikku, Sri melemparkan tubuhnya ke atas kasur, dan jatuh telentang. Langsung saja aku menyergapnya, dan aku cumbui susunya dengan dorongan nafsu tingkat tinggi. Kini kedua tanganku mengelus-elus pinggiran payudaranya, berputar sampai akhirnya meremas bagian puncaknya. Sri menggeliat menahan segala hasrat hatinya.
"Oooh.. sshh.. terus.. Mas..!" desah Sri.
Aku jilati pinggiran buah dadanya, lalu merayap menuju puncak dan menghisap putingnya.
"Oh.. sayang..!" rintih Sri nikmat.

Tanganku beralih menurun membelai-belai perut langsingnya hingga kemudian merasakan gelinya bulu-bulu vagina Sri yang cepak dan becek. Kubekap vaginanya kemudian kutekan berulang-ulang. "Oooh.. Mas.. ahh..!" desah Sri sekali lagi.
"Asyik kan say..," dengusku sambil terus mencumbui susunya berbanti-ganti. Berulang kali telapak tanganku tersembur oleh cairan basah yang menyembur dari lubang kenikmatannya. Jari manis dan telunjukku merenggangkan dinding vagina Sri. Lalu jari tengahku mengorek-ngorek klitorisnya dengan penuh perasaan.
"Cumbui vaginaku Mas.. lakukanlah untukku.." rintihnya penuh nafsu.

Segera kutarik kakinya hingga menggantung di bibir kasur. Kemudian aku berjongkok menghadap bukit belah yang menyembul di pangkal pahanya yang mulus kian menantang. Oughh.. rasanya penisku mau meledak. Kemudian jemariku mengelus-elus bulu-bulu cepak itu. Sri menjerit tertahan saat kucoba menguak kemaluannya dengan jari telunjukku. Tak sabar segera lidahku menjilat-jilat isi bukit terbelah nan merah itu. Otot pahanya meregang saat kuhisap clitorisnya.
"Ohh.. mmhh.. aahh.. teruus.. Mas.. yang dalam jilatin itilku.. hissaap.." suara erangan Sri memacu semangatku. Kemudian aku singkap lubang kawinnya dengan jari manis dan telunjukku. Kemudian jari tengahku membenam dan mengorek-ngorek lubang sempit itu.
"Ouw.. ooh.. sshh.. Mas, saya nggak tahan.. cepet masukin penismu..!" pekiknya.

Aku segera berdiri dan menarik kedua kakinya hingga menjepitan pinggangku. Aku bimbing penisku yang sudah sangat tegang membesar agar menyentuh bibir kemaluan Sri. Kudorong sedikit. Dia memiawik sambil memejamkan mata dengan rapatnya. Kutahan nafas. Lalu kutekan lagi. Kutekan. Dan kutekan terus. Tak memperdulikan rintihannya. Setahap demi setahap kutambah tenaga dorongku. Hingga kemudian dia menjerit, merintih keras, "Acchh.. sshh..!"

Uppss.. oohh.. lubang kawin Sri bagai menggencet batang penisku, penisku serasa ingin remuk. Lalu segera kupompa hingga kami merasakan nikmat yang tiada tara. Otot-otot vaginanya berkontraksi memijat-mijat penisku menimbulkan rasa syur yang luar biasa. Tubuh Sri bergoyang naik turun mengimbangi permainanku.
"Ahh.. enak.." erangnya dengan mata terpejam. Sri terus bergoyang sambil sesekali menjerit kecil. Susunya yang bengkak bergerak naik turun, aku langsung meremasnya. Lalu aku menindihnya dan terus memompanya dari atas.
"Aaahh.. Mas.. terus.." erangnya.
Aku memompa terus naik turun sampai akhirnya Sri mengerang panjang,
"Ogghh.. terus Mas.. yeah.. nikmat sayang.. aku sudah hampir sampai.."
"Tunggu.. say.. sebentar lagi aku sampai.."
Kupacu dia dengan irama yang lambat. Dia mengerang, menjerit, merintih dan kemudian.. Sssuur.. cairan orgasme Sri menghangat di ujung penisku. Spermaku mendesir lalu crrott.. croott.. air maniku keluar dengan derasnya ke dalam lubang kawin Sri.
"Aku mencintaimu Mas Donny," bisik Sri sambil memeluk dan menciumi bibirku.

Aku melepaskan pelukan Sri dan kemudian mencabut batang penisku. Aku tersentak kaget ketika ujung penisku berlumuran lendir kenikmatan kami dan darah.
"Sri, kamu masih perawan ya?" tanyaku.
"Sekarang tidak lagi." jawabnya sambil menyunggingkan senyum.
"Makasih ya say.." ujarku sambil kembali mencumbui bibirnya yang sexy.
Berarti aku telah memerawani dua cewek dengan menggunakan ilmu lebur jiwo ini. Dengan basuhan darah perawan, maka ilmu lebur jiwoku pasti akan tambah sakti.

Aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Tapi rupanya Sri menyusulku sambil menggayut di pundakku. Ketika sampai di kamar mandi kami saling membasuh di bawah guyuran air shower. Sesekali tanganku dengan nakal meremas dada Sri yang masih tampak membengkak.
"Berapa sih ukuran dadamu?" tanyaku.
"36," jawab Sri singkat sambil menikmati setiap sentuhanku.
"Bagaimana perasaanmu waktu bercinta denganku?" tanyaku lagi.
"Aku jadi pingin lagi dan lagi." jawab Sri sambil menjatuhkan diri di lantai kamar mandi.

Aku segera menindih tubuh Sri yang mengkilap basah. Aku lumat kembali bibirnya hingga kemudian aku berbisik lirih dan dekat di telinganya,
"Srii.. kamu di atas yah?"
Segera kami berganti posisi. Sri segera naik keatas perutku dan dengan segera di pegangnya batang penisku sambil diarahkan ke lubang kemaluannya yang semakin licin. Slep.. slep.. bless.. batang penisku amblas semua ditelan oleh bibir lubang kawin Sri.
"Aaach.. aku goyang ya Mas.." katanya sambil memutar pantatnya yang bahenol. Rasanya nikmat menjalar dari batang penisku hingga seluruh tubuh ketika Sri memutar batang penisku dalam vaginanya makin lama makin cepat.
"Aaahh.. Sri.. enak banget ahh.."

Aku segera terduduk sambil mulutku hinggap pada puting susunya, segera kulumat dan kuhisap. Tangan Sri meremas-remas rambutku sedangkan tanganku berpegangan pada bokongnya yang bahenol.
"Ahh.. uhh.. egghh.." suara Sri setiap kali aku menghentak-hentakkan penisku di dalam vaginanya.
Kugenjot vaginanya dengan cepat. Gerakan Sri menggila setiap dia naik turun diatas batangku yang terjepit erat oleh liang kenikmatannya. Kupompa vaginanya sampai kami tak sadar bibir kami saling mengeluarkan desahaan dan rintihan birahi.
"Shh.. aahh.. Mas.. Sri sampai nih" Rintih Sri sambil mendongakkan kepalanya.
"Kita bareng-bareng yah say.." kataku lalu menghunjamkan penisku semakin dalam.
Seerr.. serr.. croot.. croot.. croot kami keluar bersamaan. Libido kami terpuaskan. Lalu aku mencabut penisku dari lubang surgawi Sri. Dengan sisa-sisa tenaga kami bersihkan tubuh kami bersama-sama. Kemudian tidur berpelukan dalam damai.

Pukul 05.00 Wib aku antar Sri sampai di rumahnya. Ketika dia sudah masuk ke dalam rumah aku segera memutar mobilku kembali ke rumah Oom Dhar. Segera aku lafal mantra pelepas pengaruh lebur jiwo. Lalu aku segera mencari-cari alasan ketidak pulanganku semalam.

Aku kenal Sofie ketika pulang dari rumah Oom Dhar. Perjalanan Jakarta - Semarang kami tempuh dengan naik pesawat. Tak ada yang istimewa dari perjalanan itu selain aku bisa berkenalan dengan salah seorang pramugarinya yang sexy. Namanya Sofie, tubuhnya sedikit kurus tapi buah dadanya montok banget. Sebenarnya kulit tubuhnya agak gelap, tapi tak apalah, kesannya kayak cewek latin. Aku berpura-pura pergi ke toilet, tapi sebenarnya menemui cewek pramugari itu. Langsung saja aku ajak cewek itu berkenalan dan sok ramah tamah memberikan nomor HP. Dari situah aku tahu bahwa Sofie yang berumur 28 tahun itu sudah menjanda tanpa anak. Dan akupun jadi tahu kalau Sofie hidup sendiri di sebuah rumah di daerah Bintaro.

Korban Pelet - 3

Ketika pesawatnya mendarat segera aku berpura-pura tidak bisa melepas sabuk pengamannya. Dengan senyum penuh pengertian Sofie datang membantu, tentu saja diiringi dengan ledekan keluargaku.
"Mbak bisa bantu lepaskan sabuk pengaman saya." pintaku.
"Oh iya, tentu saja. Penerbangan pertama yah?" kata Sofie ramah.
"Iya, begitulah." jawabku.
"Yah.. begitulah.." ledek Ingrid adikku yang kemudian segera aku pelototi.
Keluarga segera turun lebih dulu seakan memberikan kesempatan padaku. Itulah yang aku suka dari keluargaku, selalu pengertian. Sehingga akupun memiliki kesempatan ketiga,
"Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur.."

"Mbak Sofie.."
Sofie yang masih sibuk melepaskan sabuk pengamanku yang segaja aku belitkan sebelumnya. Dan fuuhh.. tepat ketika dia memandangku.
"Apa kita bisa ketemuan habis ini?" tanyaku kemudian.
"Oh.. ah.. iya." jawabnya sedikit linglung.
"Dimana?" tanyaku lagi.
Dengan terburu-buru Sofie menyelipkan selembar kartu nama ke saku hemku dengan berbisik,
"Jam tujuh."
Lalu segera berlalu dengan kerlingan matanya yang indah. Dan akupun segera berlalu menyusul keluargaku yang telah menunggu.

Jam tujuh malam. Aku sudah berada di depan rumah mungil bercat hijau itu. Aku ketuk pintunya perlahan. Sofie membukakan pintunya dengan senyum merekah.
"Hai Don, aku tak sabar menunggumu."
Aku segera masuk ke dalam ruang tamunya yang tak begitu luas tapi tertata apik. Tapi aku lebih tertarik pada Sofie yang sexy. Apalagi Sofie langsung saja menarikku ke dalam kamarnya yang hangat.
"Aku sangat tersanjung dengan penyambutanmu, Sofie." kataku kemudian duduk di sofa dekat jendela kamar.
"Bagaimana menurutmu dengan penampilanku, Don?"
"Lingerin itu sangat cantik kau kenakan. Aku bisa melihat tubuhmu yang indah." kataku memandangi Sofie yang membelai setiap lekuk tubuhnya dari wajah sampai pahanya yang terbalut lingerin merah menyala yang super tipis.
"Laluu..?" desahnya menggugah birahiku.
"Aku bisa memandangi dadamu yang kencang dan montok itu hingga menjadi gila." kataku memandangi Sofie yang meremas-remas kedua buah dadanya yang bersembunyi di balik lingerin yang membuat Sofie nampak semakin sexy itu.
"Ooohh.. laluu.." desahnya memacu libidoku.
"Aku bissa memandangi perutmu yang langsing hingga aku makin bergairah padamu.." kataku sambil memandangi Sofie yang membelai perutnya yang langsing terbuka tanpa terbalut kain apapun hingga membuat jantungku berdetak keras.
"Laluu.. Doonn.." desahnya membuat nafasku tersengal.
"Aku bisa memandangi pahamu yang sekal sampai aku merasa ingin selalu membelainyaa.." kataku sambil memandangi Sofie yang mengelus pahanya yang terbalut stoking tipis di atas kursi.
"Lalu.. apalagi Donn.." desahnya semakin panjang.
"Aku.. bisa memandangi bokongmu yang padat dan kenyal sampai.. membuat air liurku bagai menetes." kataku sambil memandangi Sofie yang meremas kedua bokongnya yang sengaja menungging memancing gairahku yang semakin membakar.
"Teruss.. apalagi Doonnyy.." erang Sofie.
"Aku bisa.."
"Bissa apaa.. sayaanng.." desah Sofie sambil membuka resleting lingerinnya yang melingkar menutupi bagian kemaluannya.
"Aku.. bisa.. memandangi pussymu.. yang ingin aku korek dengan nagakuu.. manis.." kataku sambil melucuti kaos dan celana jeansku.

Segara saja aku menyergapnya, dan kami bercumbu dengan penuh gairah. Kami berciuman, beradu lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi semua permukaan wajahnya dan kujilati semua lekuk wajahnya. Hingga lidah Sofie menjulur menjilat lidahku lalu menghisapnya kuat-kuat.
"Aaacchh.. Soff.. ummhh.." desahku dengan nafas tersendat-sendat menahan gemuruhnya kawah birahi yang seakan ingin meluap.

Tanganku tak diam. Membelai kelangsingan perutnya, punggungnya, dan meremas-remas bokong Sofie yang padat. Kemudian tanganku membelai vaginanya yang menyembul dari lingerinnya yang melekat ketat di tubuhnya. Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran vagina Sofie. Lalu jari tengahku menekan-nekan klitorisnya dengan penuh sampai membuatnya mendengus manja.
"Oooh.. sshh.. terus.. say.. iya.. enak disitu.. uuhh..!"

Lendir kenikmatan Sofie membasah di jari-jariku. Gerakannya menggila meremas-remas rambut dikepalaku yang serasa mau rontok saja. Lalu jemari Sofie menurun membelai-belai punggungku dan cumbuannya beralih pada dadaku yang berbulu kemudian menciumi kedua puting susuku yang kecil dan dihisapnya penuh perasaan.
"Aaahh.." pekikku penuh dengan perasaan yang sebelumnya tak pernah ada.
Baru kali ini puting susuku dihisap oleh cewek dan rasanya.. geli dan nikmat banget. Sekali kesempatan aku buka resleting lingerinnya dan Sofiepun menarik perlahan lingerin itu seiring cumbuannya pada daerah sekitar perutku. Darahku bagai berhenti mengalir ketika Sofie menghisap pusarku lalu menjilati lubangnya dengan lidahnya.
"Aachh.. Soff.. kamu pintar sayang.." mulutku menceracau tak karuan.
"Ssst.. tenanglah say.. aku akan menikmatkanmu.." ujarnya sambil merosot CDku. Dan dengan sigap disepongnya penisku yang sudah penuh dengan tegangan tinggi itu.
"Ssooff.. ahh.. enak say.. sambil mainkan buahnya say.. aduh nikmatnya.. ohh.." erangku penuh emosi birahi.

Saking tak tahannya aku terduduk kembali di sofa dan Sofie mengikuti dengan berjongkok dengan tubuhnya yang sudah bugil itu. Seluruh persendiaku terasa mau pecah oleh permainan lidah Sofie yang menjilat-jilat ujung penisku yang merah membara dan permainan bibirnya ketika tangan Sofie membimbing penisku masuk keluar rongga mulutnya. Reflek kutarik dan kumasukkan kembali penisku ke arah mulutnya berulang kali. Sedangkan tanganku mulai sibuk mencari-cari payudara Sofie yang menggelantung di dadanya. Ah.. eh.. desah Sofie di sela-sela penisku merasakan setiap cubitan-cubitan kecil di puting susunya. Ketika aku meremas-remasnya, terasa begitu kenyal daging yang tumbuh tak proporsional dengan badan Sofie itu.

Permainan lidah Sofie semakin menjadi-jadi hingga membuat nafasku seakan tak bisa mengimbangi semangatnya. Sofie terus mengenyot-ngenyot penisku dan menekan-nekannya sambil mempermainkan buah zakarku. Mendadak saja aku merasakan bahwa magmaku ingin menyembur keluar.
"Aduh.. sayy.. aku hampir nyampe.. aku tekan yaa.."
Sofie mengeluarkan batang penisku dari mulutnya dan aku segera menekannya lalu croot.. croot.. air maniku keluar banyak banget dan menyembur ke wajah Sofie, seluruhnya. Cairan putih kental itu nampak menjijikkan. Tapi Sofie dengan nikmat menjilatinya. Aku mengelap mukanya dengan lingerinnya. Sofie kembali melumat 1/2 bagian penisku lalu menghisapnya hingga air maniku habis keluar.
"Mmmhh.. ahh.. spermamu enak say.." katanya sambil mengocok ngocok penisku di dalam mulutnya. Penisku kembali bangun dan menyodok-nyodok rongga mulut Sofie. Makin lama muka Sofie nampak memerah nafasnya berat dan mendesah-desah.
"Shh.. aahh.. ahh.. Doonn aku hampir sampai nih.." katanya sambil mendongak kearahku.
"Kamu nungging dong sayang.." kataku. Sofie segera menunging membelakangiku. Tanganku berpegangan pada payudara Sofie yang menggantung bebas sedangkan Sofie menjadikan pahaku sebagai pegangan. Setelah siap segera aku mengambil ancang-ancang menyodokkan penisku kearah lubang vaginanya yang licin dan basah.

Sleepp.. bless.. aku langsung memasukkan batang penisku terburu-buru. Kepala penisku dengan mudah menembus lorong kawin Sofie yang tak perawan lagi itu.
"Aachh.. uhh.." pekiknya membakar gairahku. Kutekan penisku agar menghunjam lebih dalam lagi. Dan akupun segera menggoyangnya dari belakang.
"Aduh Donn.. enak terus.. yang cepat say.. shh.. ahh.. oohh..!"
Ssuurr.. lendir kenikmatan Sofie menghangat di sekujut penisku. Segera kutarik dan kumasukkan kembali batang penisku kearah vaginanya. Sofie semakin menceracau ketika aku kembali menggoyangnya dan diapun menggoyangkan bokongnya. Tangannya menuntunku meremas-remas payudaranya yang semakin besar dan kencang karena bengkak.
"Iya.. gitu yang.. remas terus.."

"Kita kekasur yuk say.." kataku.
Sofiepun menurut dan segera menghempaskan tubuhnya terlentang di kasur. Aku segera berjongkok di atas perutnya dan mencumbui sekwildanya sedangkan naga kecilku ikut-ikutan menusuk-nusuk susu Sofie. Aku remas-remas payudara Sofie itu dengan sedikit kasar tapi menggairahkan buktinya Sofie menggeliat-geliat merasakan amukan badai cinta. Aku remas terus kedua buah dada yang mengeras itu sambil sekali-kali menekan-nekan putingnya. Sofie mendesis-desis,
"Sayang.. kamu hot banget.."
Aku membalas ucapan Sofie dengan ciuman di bibirnya. Mau tak mau tubuh kami mendekat hingga naga kecilku menempel diulu hatinya. Kemudian Sofie menangkapnya lalu membelainya dengan mesra. Birahiku kembali meluap.
"Sofie.. sayang.. payudara kamu kok gede banget sih say.." kataku kemudian.
"Penny kamu juga gede Don.. aku suka.." jawab Sofie menggelitiki ujung kepala penisku.
"Aachh.. kamu nakal. Aku makan nih ehmm.."
Langsung saja aku kulum puting payudara Sofie. Cewek itu melenguh menggenggam-genggam penisku. Aku segera membalasnya dengan menghisap payudaranya kuat-kuat.
"Ohh Donny.. kamu panas banget.. ohh.." desah Sofie sambil meremas penisku sampai rasanya ingin remuk. Aku serang payudaranya semakin garang. Aku terdengar detak jantungnya yang memburu berpacu dengan naluri bercinta kami. Tangan kiriku segera bekerja menyusuri goa kemaluan Sofie yang semakin becek aku telusuri lorong-lorong sempitnya, aku pelintir juga clitorisnya yang berdenyut-denyut. Tiba-tiba Sofie mengerang,
"Achh.. uuhh.. Donny.. ent*tin aku lagi say.." pinta Sofie.

Tapi aku belum puas bermain-main. Segera kuangkat tubuh Sofie, lalu kuletakkan bantal dibawah pantatnya. Nampak paha mulus Sofie masih terbalut stocking tipis. Terlihat pula goa kenikmatan Sofie yang berbulu tipis licin mengkilap. Penisku makin menegang. Sofie mengerang saat jari telunjukku menguak kedua dindingnya yang merah. Otot pahanya meregang saat kujilati bagian dalamnya dan menusuk-nusuknya.
"Aaahh.. sstt.. oohh..!" rintih Sofie tiada aku perdulikan aku segera menghisap clitorisnya.
"Ouuwww.. ooh.. sshh.. say.. cepet masukin!" rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti jeritan.

Tiada tega aku mendengarnya maka segera saja aku tekan penisku memasuki lubang kawinnya yang menganga. Bless.. masuk! Segera saja aku pompa masuk keluar masuk keluar lalu berputar.
"Ogghh.. terus sayang.. nikmat sayang.. terus sayangg.."
Aku terus memompa sampai rasanya lubang kawin Sofie berdenyut-denyut. Dan tak lama kemudian kami merasa akan mencapai oragasme lagi.
"Ssshhtt.. aahh.." rintih Sofie.
"Hoohh.. aahh.." erangku bagai teriakan.

Aku cabut penisku dari vagina Sofie. Lalu kami terlentang diatas kasur empuk itu. Bau keringat kami berbaur, demikianpun bau lendir-lendir kenikmatan kami. Nafas kami berangsur normal kembali.
"Don, makasih ya kamu mau main denganku malam ini."
"Makasih juga sama pussymu yang memuaskanku malam ini, Sof."

Malam itulah kali pertama aku main sex sama cewek yang bukan perawan. Rasanya lain banget, tapi sofie istimewa hingga kemudian aku merasa belum saatnya menghapus lebur jiwo dari diri Sofie. Aku ingin mengulanginya lain hari.

TAMAT


← Back

More Categories
Video Artis | Indosex | Jilbab | Pelajar SMA | Indian | Amateur | Anal | Brazilian | Asian | Massage | Big Boobs | Bisexuals | British | Celebrity | Femdom | Ebony | French | Group | Hardcore | Female Choice | German | Thailand | Lesbian | Mature | Milf | Japanese | Softcore | Teen | Voyeur
+ Cerita Seks Terbaru +
* Ranumnya Adik Temanku
* Pesta Seks Dengan ABG Perawan
* Pengorbanan Istri Demi Hutang
* Cerita Seks Nyata 'Anggota Dewan'
* Bercinta Dengan Hewan Peliharaan
Home Home
+ Partner Sites +
Mobi4Sex | IndoStory | 21Tahun | Indohit
Guestbook Guestbook

TOPlist

U-ON
44875
WWW.INDOSEX.CLUB